Seiring menghangatnya perdebatan ekonomi nasional, fokus diskusi mengerucut pada realisme target pertumbuhan, kebijakan investasi, dan pengawasan komoditas di bawah pemerintahan baru. Menteri Keuangan menghadapi kritik bahwa ambisi pertumbuhan 6% sulit tercapai karena ruang fiskal menipis dan swasta yang belum agresif berekspansi. Sementara itu, ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya tumbuh 4,9%–5,1% pada 2026 di tengah lima jebakan ekonomi. Untuk menarik investasi, pemerintah menawarkan insentif pajak nol hingga 20 tahun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Di sisi lain, dunia usaha meminta masa transisi setelah pengawasan tembaga diperketat melalui sistem SIMBARA.
Ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya tumbuh 4,9% hingga 5,1% ini didasarkan pada adanya lima "jebakan ekonomi" yang menjadi tantangan serius bagi pemerintahan baru. Analisis menyebutkan mimpi Menkeu untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6% dinilai tidak realistis, karena ruang fiskal yang sempit dan sektor swasta yang cenderung menahan ekspansi investasi.
Sebagai respons, pemerintah mengungkapkan bahwa investasi di KEK dapat memperoleh insentif pajak nol (tax holiday) hingga 20 tahun. Fasilitas ini bertujuan untuk menarik modal besar dan mendorong pertumbuhan regional. Selain itu, Menteri AHY menyatakan dukungan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%, di mana fokus dari strateginya adalah membangun infrastruktur yang tepat sasaran untuk meningkatkan konektivitas dan produktivitas.
Di sisi pengawasan, pengawasan tembaga diperketat dengan diintegrasikannya ke dalam sistem SIMBARA. Pengusaha merespons langkah ini dengan meminta masa transisi agar dapat beradaptasi dengan sistem pelaporan dan tata kelola yang baru, menegaskan perlunya implementasi kebijakan yang terencana dan bertahap.
Update terkini memiliki implikasi krusial pada proyeksi ekonomi dan kebijakan sektoral. Analisis kritis bahwa pertumbuhan 6% tidak realistis berimplikasi pada perlunya revisi target ambisius dan fokus pada fundamental di tengah ruang fiskal yang sempit. Adanya lima jebakan ekonomi dan proyeksi pertumbuhan 4,9%-5,1% menandakan tantangan struktural yang harus diatasi. Di sisi lain, insentif pajak nol hingga 20 tahun di KEK berimplikasi pada potensi peningkatan investasi langsung, sementara permintaan masa transisi dari pengusaha tembaga menegaskan perlunya komunikasi dan tahapan implementasi yang matang dalam pengetatan pengawasan komoditas.
Singkatnya, pemerintahan baru dihadapkan pada realitas proyeksi pertumbuhan yang cenderung moderat (4,9%-5,1% pada 2026), di mana tantangan ini diperparah oleh keterbatasan fiskal dan kehati-hatian swasta. Pemerintah merespons dengan strategi pro-investment, seperti insentif pajak 20 tahun di KEK, dan fokus infrastruktur AHY. Namun, pengetatan pengawasan komoditas tembaga menuntut otoritas untuk memberikan ruang adaptasi kepada pengusaha demi menjaga kelancaran investasi di sektor hulu.