Isu-isu terkini menyoroti penyesuaian kebijakan fiskal yang diarahkan untuk memperkuat sektor Usaha Mikro Kecil (UMK) dan menertibkan industri, di tengah sorotan terhadap tren konsumsi masyarakat. Pemerintah menetapkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final UMK sebesar 0,5% tanpa batas waktu bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) maupun Perseroan Perseorangan. Sementara itu, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membuka peluang pemberlakuan cukai khusus bagi produsen rokok ilegal agar beralih ke sistem legal. Di sisi lain, gaya hidup Gen Z dan Milenial menjadi pendorong utama belanja masyarakat pada Oktober, meski konsumsi kelompok berpendapatan rendah masih tertahan dan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai berpotensi menambah tekanan inflasi.
Pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan fiskal untuk memberikan kepastian hukum dan meningkatkan penerimaan negara dari sektor informal dan ilegal. Pemerintah menerapkan PPh Final UMKM 0,5% bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) dan Perseroan Perseorangan tanpa batas waktu. Keputusan ini bertujuan memberikan kepastian hukum dan insentif pajak yang berkelanjutan bagi Usaha Mikro Kecil (UMK). Sejalan dengan upaya penertiban, Menkeu Purbaya menawarkan opsi cukai khusus buat produsen rokok ilegal. Kebijakan ini bertujuan menarik produsen ilegal tersebut agar masuk ke Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) dan berkontribusi pada penerimaan negara secara legal.
Di sisi lain, terdapat tantangan besar terkait daya beli dan stabilitas harga pangan. Pola konsumsi per Oktober 2025 menunjukkan kelas menengah bersifat impulsif, sementara masyarakat bawah belum pulih. Kontras ini menjelaskan adanya kesenjangan pemulihan ekonomi antar-kelas pendapatan. Kesenjangan ini terlepas dari fakta bahwa gaya hidup Gen Z dan Milenial mendorong belanja masyarakat pada Oktober 2025, terutama pada kategori gadget. Fakta ini menunjukkan bahwa segmen usia muda menjadi motor penggerak utama konsumsi diskresioner.
Selain tantangan konsumsi, pemerintah juga perlu mewaspadai dampak makro dari program sosial. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) picu inflasi, sehingga Badan Gizi Nasional (BGN) perlu membuat menu lebih beragam sesuai ketersediaan daerah. Isu ini menyoroti potensi dampak makro dari program sosial besar terhadap stabilitas harga pangan dan menuntut penyesuaian strategi implementasi.
Keputusan pemerintah mempermanenkan PPh Final UMK 0,5% memberikan stabilitas bagi sektor usaha kecil. Sementara itu, opsi cukai khusus rokok ilegal dari Menkeu Purbaya menjadi pendekatan baru dalam penertiban industri tembakau yang bertujuan meningkatkan penerimaan negara. Di sisi konsumsi, meskipun belanja Gen Z dan Milenial mendorong total belanja, pemulihan konsumsi masyarakat bawah yang lambat menuntut adanya kebijakan yang lebih bertarget, terutama karena ada kekhawatiran program MBG dapat memicu inflasi harga pangan.
Perkembangan kebijakan terkini menunjukkan fokus pemerintah pada penyesuaian fiskal melalui penerapan permanen PPh Final UMK dan rencana cukai bagi rokok ilegal untuk memperkuat penerimaan serta sektor usaha kecil. Tantangan selanjutnya terletak pada menjaga agar program sosial seperti MBG tidak menimbulkan tekanan inflasi, sekaligus mempersempit kesenjangan pemulihan konsumsi antar lapisan pendapatan.