Isu fiskal dan desentralisasi menjadi sorotan utama dalam perkembangan terbaru kebijakan ekonomi nasional. Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa meninjau kembali rencana penurunan tarif PPN 11%, mencerminkan kehati-hatian pemerintah dalam menjaga stabilitas penerimaan negara. Di sisi lain, kebijakan insentif PPh 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk sektor pariwisata yang dibatasi bagi pekerja dengan penghasilan di bawah Rp10 juta dinilai sejumlah pengamat hanya bersifat simbolis dan belum cukup untuk mendorong konsumsi. Sementara itu, wacana pemberian pinjaman pemerintah pusat kepada daerah turut menuai perhatian, dengan desakan dari Pemda agar tingkat bunga ditetapkan di bawah 3% agar tidak menambah beban fiskal daerah.
Pemerintah Pusat menunjukkan kehati-hatian dalam kebijakan fiskal yang memengaruhi penerimaan negara. Menteri Keuangan Purbaya menghitung ulang penurunan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11%. Tindakan ini menunjukkan pemerintah sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan fiskal yang besar, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap penerimaan negara. Di sisi lain, skema pinjaman pusat kepada daerah memicu kekhawatiran fiskal di tingkat lokal. Pemerintah Daerah (Pemda) menginginkan bunga di bawah 3% dalam skema tersebut. Permintaan ini menunjukkan Pemda berusaha memastikan pinjaman tersebut dapat dikelola dengan ringan dan tidak menjadi beban fiskal di masa depan.
Isu desentralisasi dan pinjaman ini memunculkan perdebatan mendasar. Pemerintah Pusat memberikan pinjaman kepada daerah, yang memicu perdebatan apakah skema ini solusi atau beban bagi Pemda. Perdebatan ini terkait dengan kemampuan Pemda mengelola utang dan manfaat proyek yang dibiayai.
Sementara itu, efektivitas stimulus pajak di sektor pariwisata dipertanyakan. Menteri Pariwisata (Menpar) menegaskan pembebasan pajak untuk karyawan di sektor pariwisata hanya berlaku untuk upah di bawah Rp10 juta. Penegasan ini bertujuan memperjelas target penerima manfaat dari insentif PPh 21 Ditanggung Pemerintah (DTP). Namun, pengamat menilai insentif PPh 21 DTP pariwisata hanya pemanis akhir tahun dan tidak cukup dorong konsumsi. Penilaian ini menyoroti keraguan efektivitas insentif jangka pendek dalam mendongkrak daya beli secara substansial.
Keputusan Menkeu Purbaya untuk menghitung ulang PPN 11% menggarisbawahi dilema fiskal yang dihadapi: menyeimbangkan kebutuhan penerimaan negara dengan upaya stimulus. Di sisi lain, efektivitas insentif PPh 21 DTP pariwisata dipertanyakan, dengan penilaian sebagai pemanis semata. Terkait pinjaman pusat-daerah, permintaan bunga di bawah 3% dari Pemda menjadi indikator kritis bahwa skema ini hanya akan efektif jika syaratnya ringan dan tidak menambah beban utang daerah.
Perkembangan terkini memperlihatkan bahwa kebijakan fiskal Indonesia berada di titik keseimbangan antara kehati-hatian menjaga penerimaan negara melalui peninjauan ulang tarif PPN 11% dan dorongan stimulus yang masih diragukan efektivitasnya, seperti insentif PPh 21 DTP sektor pariwisata. Di sisi lain, implementasi skema pinjaman pusat kepada daerah akan sangat bergantung pada kesediaan pemerintah pusat menurunkan suku bunga di bawah 3%, agar kebijakan tersebut benar-benar berfungsi sebagai instrumen pemulihan, bukan justru menambah beban fiskal daerah.