Periode terkini diwarnai oleh tantangan signifikan pada sisi permintaan domestik, dengan proyeksi perlambatan ekonomi akibat menurunnya daya beli masyarakat. Menghadapi situasi tersebut, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama otoritas terkait mengambil langkah strategis untuk memperkuat tata kelola layanan publik dan meningkatkan efisiensi logistik. Upaya ini meliputi peluncuran kanal pengaduan baru oleh Menkeu serta penguatan kerja sama internasional Bea Cukai guna menekan biaya dan mendorong kelancaran arus perdagangan.
Ekonomi kuartal III tahun 2025 diprediksi menjadi yang terendah di tahun tersebut, disebabkan oleh belanja masyarakat yang lambat. Perlambatan konsumsi ini menjadi indikasi perlunya stimulus yang lebih efektif dari pemerintah untuk mendorong pertumbuhan domestik. Merespons tantangan ini, pemerintah meningkatkan tata kelola dan kepatuhan fiskal. Warga RI kini bisa mengadukan layanan pajak dan bea cukai melalui kanal pengaduan baru bernama "Lapor Pak Purbaya", bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan mempercepat respons terhadap keluhan. Selain itu, upaya mengerek angka kepatuhan pajak didorong melalui sinergi tripartit yang telah mencapai 97 wilayah, bertujuan memperluas basis pajak dan memastikan semua Wajib Pajak (WP) menjalankan kewajiban fiskalnya secara benar.
Di sisi kebijakan perdagangan, pemerintah mengambil langkah untuk melindungi industri domestik dan meningkatkan penerimaan. Produsen lokal merasa semringah karena impor elektronik bakal dikenakan tarif tambahan. Kebijakan ini bertujuan melindungi industri domestik dari serbuan barang impor, sekaligus diharapkan dapat mengoptimalkan penerimaan Bea Masuk.
Sementara itu, untuk mengimbangi potensi perlambatan ekonomi domestik dengan peningkatan kinerja perdagangan luar negeri, Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) menandatangani kesepakatan dengan Jepang, yang berpotensi menurunkan biaya logistik. Kerja sama ini dilakukan untuk menyederhanakan prosedur kepabeanan, bertujuan meningkatkan efisiensi perdagangan internasional dan memacu kinerja ekspor-impor.
Pelambatan ekonomi kuartal III yang disebabkan oleh lemahnya konsumsi menjadi tantangan mendesak bagi pemerintah. Respon Kemenkeu terhadap tantangan ini bersifat supply-side dan governance-side. Pembukaan kanal "Lapor Pak Purbaya" dan sinergi tripartit untuk kepatuhan pajak menunjukkan fokus pada perbaikan kualitas layanan dan perluasan basis pajak. Sementara itu, kebijakan tarif tambahan impor elektronik memberi angin segar bagi industri lokal. Di sektor perdagangan, kesepakatan Bea Cukai-Jepang berpotensi menurunkan biaya logistik, yang diharapkan dapat mengimbangi dampak perlambatan konsumsi domestik dengan peningkatan efisiensi perdagangan luar negeri.
Perkembangan terbaru mencerminkan pertarungan antara optimisme di tingkat makro melalui peningkatan investasi asing dan tekanan di tingkat mikro akibat melemahnya penerimaan pajak. Keberhasilan reformasi fiskal selanjutnya akan sangat ditentukan oleh kemampuan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam menyelesaikan isu restitusi serta mengimplementasikan sistem Coretax secara efektif dan menyeluruh. Di sisi lain, kepastian regulasi terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam menjadi elemen penting dalam menjaga stabilitas moneter serta memperkuat cadangan devisa negara.